Powered By Blogger

Rabu, 03 Desember 2014

malaikat Rokib dan Atid pencatat amal baik dan amal buruk semua manusia .

Malaikat Rokib dan Atid, pencatat amal baik dan buruk, apakah hanya berjumlah 2 ataukah berjumlah banyak, yang ada pada setiap manusia, apa dasar hukumnya dan bagaimana analoginya?
Pertanyaan
Malaikat Rokib dan Atid, pencatat amal baik dan buruk, apakah hanya berjumlah 2 ataukah berjumlah banyak, yang ada pada setiap manusia, apa dasar hukumnya dan bagaimana analoginya?
Jawaban Global
Allah Swt dalam al-Quran berfirman,
﴿ما یَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَیْهِ رَقیبٌ عَتیدٌ﴾
 Tiada suatu ucapan pun (baik atau buruk) yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Raqib dan Atid (malaikat pengawas yang selalu hadir). (Qs. Qaf [50]:18)
Dalam sebagian riwayat, di antaranya riwayat yang dikutip dari Imam Shadiq As, “Bagi setiap orang terdapat dua malaikat yang menulis apa pun yang diucapkan oleh manusia dan kemudian menyerahkan catatan itu kepada dua maliakat yang lebih tinggi darinya dimana dua malaikat itu memisahkan ucapan-ucapan baik dan buruk dan masing-masing menulis secara terpisah kedua ucapan itu.”[1]
Dari sisi lain, terdapat beberapa riwayat yang juga menyatakan bahwa nama atau sifat dua malaikat ini adalah Raqib dan Atid sebagaimana sebuah riwayat yang menjelaskan kisah obrolan orang mati dengan Salman Persia; dalam riwayat itu disebutkan, “Tatkala seseorang meninggal terdapat dua malaikat yang menyampaikan salam dan memiliki rupa yang sangat menawan satunya duduk di sebelah kanan dan satunya lagi duduk di sebelah kirinya. Kedua malaikat itu berkata, “Kami membawa catatan amalan kalian, Ambillah!” Manusia bertanya, “Catatan apakah gerangan?”  “Kami adalah dua malaikat yang bersamamu di dunia dan mencatat seluruh perbuatan baik dan burukmu. Catatan ini adalah catatan perbuatanmu. Segala catatan baik berada di tangan Raqib dan catatan buruk di tangan Atid.  Manusia dengan melihat catatan-catatan baiknya akan bergembira dan tatkala melihat catatan-catatan buruknya akan bersedih dan menangis..”[2]
Dengan mendudukkan secara berdampingan apa yang telah dijelaskan dan riwayat-riwayat yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa setiap manusia memiliki dua petugas pencatat amalan-amalan manusia yang bernama Raqib dan Atid yang senantiasa menyertai manusia hingga ia akhir hayatnya. Karena itu, seukuran jumlah setiap manusia terdapat dua malaikat yang menyertainya, Raqib dan Atid.
Namun asas dan falsafah penyertaan dua malaikat ini atas manusia sesuai dengan sabda Imam Shadiq As bahwa penyertaaan dua malaikat ini atas manusia menjadi sebab supaya para hamba dalam menaati Allah Swt dan menjauhi maksiat lebih berhati-hati dalam amalan-amalan dan tindakan-tindakannya. Boleh jadi manusia berpikir ingin melakukan maksiat dan dosa, namun dengan mengingat kedudukan dua malaikat tersebut maka ia tidak lagi ingin melakukan dosa dan berkata, “Tuhanku melihatku dan para penjagaku akan memberikan kesaksian atasku.”
Demikian juga Allah Swt dengan kemurahan dan kemuliaan-Nya (di samping Raqib dan Atid) meletakkan dua malaikat lainnya sebagai wakil manusia sehingga membela manusia dalam menghadapi jerat-jerat setan dan godaan-godaan pelbagai makhluk yang tidak dapat melakukan sesuatu apa pun tanpa izin Allah Swt hingga ajal menjemputnya.[3] [iQuest]

[1]. Husain bin Said Kufi Ahwazi, al-Zuhd, Riset dan editor oleh Ghulam Ridha Irfaniyan Yazdi, hal. 53, al-Mathba’at al-‘Ilmiyah, Qum, Cetakan Kedua, 1402 H.
«مَا مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَ مَعَهُ مَلَکَانِ‏ یَکْتُبَانِ مَا یَلْفِظُهُ ثُمَّ یَرْفَعَانِ ذَلِکَ إِلَى مَلَکَیْنِ فَوْقَهُمَا فَیُثْبِتَانِ مَا کَانَ مِنْ خَیْرٍ وَ شَرٍّ وَ یُلْقِیَانِ مَا سِوَى ذَلِک».  
[2]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, Diriset dan diedit sekelompok periset, jil. 22 hal. 374-376, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Kedua, 1403 H.  
[3]. Manusia memiliki malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya dari perintah (keputusan) Allah (yang belum pasti). Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum (akibat perbuatan mereka sendiri), maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Qs. Al-Ra’ad [13]:11) Bihar al-Anwar, jil. 5, hal. 323.  

1 komentar:

Cari Blog Ini

Wikipedia

Hasil penelusuran