“
Aku
ingin bertaubat hanya saja dosaku terlalu banyak. Aku pernah terjerumus
dalam zina. Sampai-sampai aku pun hamil dan sengaja membunuh jiwa dalam
kandungan. Aku ingin berubah dan bertaubat. Mungkinkah Allah mengampuni
dosa-dosaku?!”
Sebagai nasehat dan semoga tidak membuat kita berputus dari
rahmat Allah, cobalah kita lihat sebuah kisah yang pernah disebutkan
oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini. Semoga kita bisa mengambil pelajaran-pelajaran berharga di dalamnya.
Kisah Taubat Pembunuh 100 Jiwa
Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri
radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أنّ
نَبِيَّ الله – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( كَانَ فِيمَنْ كَانَ
قَبْلَكمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وتِسْعينَ نَفْساً ، فَسَأَلَ عَنْ
أعْلَمِ أَهْلِ الأرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ ، فَأَتَاهُ . فقال :
إنَّهُ قَتَلَ تِسعَةً وتِسْعِينَ نَفْساً فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوبَةٍ ؟
فقالَ : لا ، فَقَتَلهُ فَكَمَّلَ بهِ مئَةً ، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ
أَهْلِ الأَرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ . فقَالَ : إِنَّهُ قَتَلَ
مِئَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ ؟ فقالَ : نَعَمْ ، ومَنْ يَحُولُ
بَيْنَهُ وبَيْنَ التَّوْبَةِ ؟ انْطَلِقْ إِلى أرضِ كَذَا وكَذَا فإِنَّ
بِهَا أُناساً يَعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ الله مَعَهُمْ ، ولاَ
تَرْجِعْ إِلى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أرضُ سُوءٍ ، فانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا
نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ ، فاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلائِكَةُ
الرَّحْمَةِ ومَلائِكَةُ العَذَابِ . فَقَالتْ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ :
جَاءَ تَائِباً ، مُقْبِلاً بِقَلبِهِ إِلى اللهِ تَعَالَى ، وقالتْ
مَلائِكَةُ العَذَابِ : إنَّهُ لمْ يَعْمَلْ خَيراً قَطُّ ، فَأَتَاهُمْ
مَلَكٌ في صورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ
- أيْ
حَكَماً – فقالَ : قِيسُوا ما بينَ الأرضَينِ فَإلَى أيّتهما كَانَ أدنَى
فَهُوَ لَهُ . فَقَاسُوا فَوَجَدُوهُ أدْنى إِلى الأرْضِ التي أرَادَ ،
فَقَبَضَتْهُ مَلائِكَةُ الرَّحمةِ )) مُتَّفَقٌ عليه .
“
Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah
membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang
paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas
ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99
jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti
itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu
dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.
Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang
paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas
ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100
jiwa, apakah taubatnya masih diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya
masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya
dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di
sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah
Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali
ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat
jelek.” Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang
ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah
perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan
antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata,
”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya
kepada Allah”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah
melakukan kebaikan sedikit pun”. Lalu datanglah malaikat lain dalam
bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai
pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua
tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan
tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang
berhak atas orang ini.” Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat
tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat
yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.”
1
Beberapa Faedah Hadits
Pertama: Luasnya ampunan Allah
Hadits ini menunjukkan luasnya ampunan Allah. Hal ini dikuatkan dengan hadits lainnya,
حَدَّثَنَا
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى
وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِى يَا
ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ
اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ
لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ
تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً »
Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), ”
Wahai
anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka
pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam,
seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku
ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya
engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak
berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan
ampunan sepenuh bumi pula.”
2
Kedua: Allah akan mengampuni setiap dosa meskipun dosa besar selama mau bertaubat
Selain faedah dari hadits ini, kita juga dapat melihat pada firman Allah
Ta’ala,
قُلْ يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53). Ibnu
Katsir mengatakan, ”Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap
orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera
bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni
seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut,
walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan. ”
3
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni setiap dosa walaupun
itu dosa kekufuran, kesyirikan, dan dosa besar (seperti zina, membunuh
dan minum minuman keras). Sebagaimana Ibnu Katsir mengatakan, ”Berbagai
hadits menunjukkan bahwa Allah mengampuni setiap dosa (termasuk pula
kesyirikan) jika seseorang bertaubat. Janganlah seseorang berputus asa
dari rahmat Allah walaupun begitu banyak dosa yang ia lakukan karena
pintu taubat dan rahmat Allah begitu luas.”
4
Ketiga: Janganlah membuat seseorang putus asa dari rahmat Allah
Ketika menjelaskan surat Az Zumar ayat 53 di atas, Ibnu Abbas
mengatakan, “Barangsiapa yang membuat seorang hamba berputus asa dari
taubat setelah turunnya ayat ini, maka ia berarti telah menentang
Kitabullah
‘azza wa jalla. Akan tetapi seorang hamba tidak mampu untuk bertaubat sampai Allah memberi taufik padanya untuk bertaubat.”
5
Keempat: Seseorang yang melakukan dosa beberapa kali dan ia bertaubat, Allah pun akan mengampuninya
Sebagaimana disebutkan pula dalam hadits lainnya, dari Abu Huroiroh, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang diceritakan dari Rabbnya ‘
azza wa jalla,
أَذْنَبَ
عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا
يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ
فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ
وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ
اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى
ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ
بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ
“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan ‘
Allahummagfirliy dzanbiy’
[Ya Allah, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah
berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang
mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah
mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat
dosa, lalu dia mengatakan, ‘
Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai
Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat
dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa
dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya),
kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia
mengatakan, ‘
Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah
dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia
mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi
setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah
diampuni.”
6 An Nawawi dalam
Syarh Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘
beramallah sesukamu’ adalah selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu.
An Nawawi mengatakan, ”Seandainya seseorang berulang kali melakukan
dosa hingga 100 kali, 1000 kali atau lebih, lalu ia bertaubat setiap
kali berbuat dosa, maka pasti Allah akan menerima taubatnya setiap kali
ia bertaubat, dosa-dosanya pun akan gugur. Seandainya ia bertaubat
dengan sekali taubat saja setelah ia melakukan semua dosa tadi,
taubatnya pun sah.”
7
Ya Rabb, begitu luas sekali rahmat dan ampunan-Mu terhadap hamba yang hina ini …
Kelima: Diterimanya taubat seorang pembunuh
An Nawawi
rahimahullah mengatakan, ”Ini adalah madzhbab para
ulama dan mereka pun berijma’ (bersepakat) bahwa taubat seorang yang
membunuh dengan sengaja, itu sah. Para ulama tersebut tidak berselisih
pendapat kecuali Ibnu ‘Abbas. Adapun beberapa perkataan yang dinukil
dari sebagian salaf yang menyatakan taubatnya tidak diterima, itu
hanyalah perkataan dalam maksud mewanti-wanti besarnya dosa membunuh
dengan sengaja. Mereka tidak memaksudkan bahwa taubatnya tidak sah.”
8
Keenam: Orang yang bertaubat hendaknya berhijrah dari lingkungan yang jelek
An Nawawi mengatakan, ”Hadits ini menunjukkan orang yang ingin
bertaubat dianjurkan untuk berpindah dari tempat ia melakukan maksiat.”
9
Ketujuh: Memperkuat taubat yaitu berteman dengan orang yang sholih
An Nawawi mengatakan, ”Hendaklah orang yang bertaubat mengganti
temannya dengan teman-teman yang baik, sholih, berilmu, ahli ibadah,
waro’dan orang-orang yang meneladani mereka-mereka tadi. Hendaklah ia
mengambil manfaat ketika bersahabat dengan mereka.”
10 Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.
مَثَلُ
الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ،
وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا
تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ
بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“
Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang
yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan
pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau
bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan
pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus
terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”
11
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan
berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita.
Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang
yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”
12
Kedelapan: Keutamaan ilmu dan orang yang berilmu
Dalam hadits ini dapat kita ambil pelajaran pula bahwa orang yang
berilmu memiliki keutamaan yang luar biasa dibanding ahli ibadah.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits lainnya, dari Abu Darda’, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
”
Dan keutamaan orang yang berilmu dibanding seorang ahli ibadah
adalah bagaikan keutamaan bulan pada malam purnama dibanding
bintang-bintang lainnya.”
13 Al Qodhi
mengatakan, ”Orang yang berilmu dimisalkan dengan bulan dan ahli ibadah
dimisalkan dengan bintang karena kesempurnaan ibadah dan cahayanya
tidaklah muncul dari ahli ibadah. Sedangkan cahaya orang yang berilmu
berpengaruh pada yang lainnya.”
14
Kesembilan: Orang yang berfatwa tanpa ilmu hanya membawa kerusakan
Lihatlah bagaimana kerusakan yang diperbuat oleh ahli ibadah yang
berfatwa tanpa dasar ilmu. Ia membuat orang lain sesat bahkan kerugian
menimpa dirinya sendiri. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Umar bin
‘Abdul ‘Aziz,
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
”
Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan.”
15
Syarat Diterimanya Taubat
Syarat taubat yang mesti dipenuhi oleh seseorang yang ingin bertaubat adalah sebagai berikut:
Pertama: Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.
Kedua: Menyesali dosa yang telah dilakukan sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali.
Ketiga: Tidak terus menerus dalam berbuat dosa. Maksudnya, apabila ia
melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia
meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika
berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta
maaf.
Keempat: Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut lagi karena
jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda
bahwa ia tidak benci pada maksiat.
Kelima: Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum
datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan
setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.
Inilah syarat taubat yang biasa disebutkan oleh para ulama.
Penutup
Saudaraku yang sudah bergelimang maksiat dan dosa. Kenapa
engkau berputus asa dari rahmat Allah? Lihatlah bagaimana ampunan Allah
bagi setiap orang yang memohon ampunan pada-Nya. Orang yang sudah
membunuh 99 nyawa + 1 pendeta yang ia bunuh, masih Allah terima
taubatnya. Lantas mengapa engkau masih berputus asa dari rahmat Allah?!
Orang yang dulunya bergelimang maksiat pun setelah ia taubat, bisa
saja ia menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Ia bisa menjadi
muslim yang sholih dan muslimah yang sholihah. Itu suatu hal yang
mungkin dan banyak sekali yang sudah membuktikannya. Mungkin engkau
pernah mendengar nama
Fudhail bin Iyadh.
Dulunya beliau adalah seorang perampok. Namun setelah itu bertaubat dan
menjadi ulama besar. Itu semua karena taufik Allah. Kami pun pernah
mendengar ada seseorang yang dulunya terjerumus dalam maksiat dan pernah
menzinai pacarnya. Namun setelah berhijrah dan bertaubat, ia pun
menjadi seorang yang alim dan semakin paham agama. Semua itu karena
taufik Allah. Dan kami yakin engkau pun pasti bisa lebih baik dari
sebelumnya. Semoga Allah beri taufik.
Ingatlah bahwa orang yang berbuat dosa kemudia ia bertaubat dan Allah
ampuni, ia seolah-olah tidak pernah berbuat dosa sama sekali. Dari Abu
‘Ubaidah bin ‘Abdillah dari ayahnya, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
”
Orang yang bertaubat dari suatu dosa seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa itu sama sekali.”
16
Setiap hamba pernah berbuat salah, namun hamba yang terbaik adalah yang rajin bertaubat. Dari Anas, beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“
Semua keturunan Adam adalah orang yang pernah berbuat salah. Dan
sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.”
17
Orang yang bertaubat akan Allah ganti kesalahan yang pernah ia
perbuat dengan kebaikan. Sehingga seakan-akan yang ada dalam catatan
amalannya hanya kebaikan saja. Allah
Ta’ala berfirman,
إِلَّا
مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ
اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
”
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqon: 70)
Al Hasan Al Bashri mengatakan, ”Allah akan mengganti amalan kejelekan
yang diperbuat seseorang dengan amalan sholih. Allah akan mengganti
kesyirikan yang pernah ia perbuat dengan keikhlasan. Allah akan
mengganti perbuatan maksiat dengan kebaikan. Dan Allah pun mengganti
kekufurannya dahulu dengan keislaman.”
18
Sekarang, segeralah bertaubat dan memenuhi syarat-syaratnya. Lalu
perbanyaklah amalan kebaikan dengan melaksanakan yang wajib-wajib dan
sempurnakan dengan shalat sunnah, puasa sunnah dan sedekah, karena
amalan kebaikan niscaya akan menutupi dosa-dosa yang telah engkau
perbuat. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan sebuah nasehat berharga kepada Abu Dzar Al Ghifariy Jundub bin Junadah,
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“
Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah
kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya dan
berakhlaqlah dengan sesama dengan akhlaq yang baik.”19
Semoga Allah menerima setiap taubat dan ampunan kita. Semoga Allah
senantiasa memberi taufik kepada kita untuk menggapai ridho-Nya.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
Disusun di rumah mertua tercinta, Panggang-Gunung Kidul, 1 Shofar 1431 H
Footnote: